Senin, 31 Desember 2012

KISAH ANAK KECIL DAN SI PENGUSAHA

Ada sebuah kisah penting yang sangat
menarik dan penuh hikmah di
dalamnya. Sebagai bahan renungan
bagi diri kita semua.
Tersebutlah seorang pengusaha muda
dan kaya. Ia baru saja membeli mobil
mewah, sebuah Jaguar yang
mengkilap. Kini, Sang Pengusaha,
sedang menikmati perjalanannya
dengan mobil baru itu.
Dengan kecepatan penuh, dipacunya
kendaraan itu mengelilingi jalanan
tetangga sekitar dengan penuh rasa
bangga dan prestise.
Di pinggir jalan, tampak beberapa anak
yang sedang bermain sambil melempar
sesuatu. Namun, karena berjalan
terlalu kencang, tak terlalu
diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-
tiba, dia melihat seseorang anak kecil
yang melintas dari arah mobil-mobil
yang di parkir di jalan. Tapi, bukan
anak-anak yang tampak melintas
sebelumnya.
"Buk....!" Aah..., ternyata, ada sebuah
batu seukuran kepalan tangan yang
menimpa Jaguar itu yang dilemparkan
si anak itu. Sisi pintu mobil itupun
koyak, tergores batu yang dilontarkan
seseorang.
"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-
kuat. Dengan geram, dimundurkannya
mobil itu menuju tempat arah batu itu
di lemparkan. Jaguar yang tergores,
bukanlah perkara sepele. Apalagi,
kecelakaan itu dilakukan oleh orang
lain, begitu pikir sang pengusaha
dalam hati.
Amarahnya memuncak. Dia pun keluar
mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya
anak yang dia tahu telah melempar
batu ke mobilnya, dan di pojokkannya
anak itu pada sebuah mobil yang
diparkir.
"Apa yang telah kau lakukan!? Lihat
perbuatanmu pada mobil
kesayanganku!!" Lihat goresan itu",
teriaknya sambil menunjuk goresan di
sisi pintu. "Kamu tentu paham, mobil
baru jaguarku ini akan butuh banyak
ongkos dibengkel untuk
memperbaikinya." ujarnya lagi dengan
kesal dan geram, tampak ingin
memukul anak itu.
Si anak tampak menggigil ketakutan
dan pucat, dan berusaha meminta
maaf.
"Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar
minta maaf. Sebab, saya tidak tahu
lagi harus melakukan apa." Air
mukanya tampak ngeri, dan tangannya
bermohon ampun.
"Maaf Pak, aku melemparkan batu itu,
karena tak ada seorang pun yang mau
berhenti...."
Dengan air mata yang mulai
berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi
menunjuk ke suatu arah, di dekat
mobil-mobil parkir tadi. "Itu disana
ada kakakku yang lumpuh. Dia
tergelincir, dan terjatuh dari kursi
roda. Saya tak kuat mengangkatnya,
dia terlalu berat, tapi tak seorang pun
yang mau menolongku. Badannya tak
mampu kupapah, dan sekarang dia
sedang kesakitan.."
Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya
pengusaha tadi. Matanya berharap
pada wajah yang mulai tercenung itu.
"Maukah Bapak membantuku
mengangkatnya ke kursi roda?
Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya
tak sanggup mengangkatnya."
Tak mampu berkata-kata lagi,
pengusaha muda itu terdiam.
Amarahnya mulai sedikit reda setelah
dia melihat seorang lelaki yang
tergeletak yang sedang mengerang
kesakitan.
Kerongkongannya tercekat. Ia hanya
mampu menelan ludah. Segera dia
berjalan menuju lelaki tersebut, di
angkatnya si cacat itu menuju kursi
rodanya. Kemudian, diambilnya sapu
tangan mahal miliknya, untuk
mengusap luka di lutut yang memar
dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar
kesayangannya.
Setelah beberapa saat, kedua anak itu
pun berterima kasih, dan mengatakan
bahwa mereka akan baik-baik saja.
"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan
membalas perbuatan Bapak."
Keduanya berjalan beriringan,
meninggalkan pengusaha yang masih
nanar menatap kepergian mereka.
Matanya terus mengikuti langkah sang
anak yang mendorong kursi roda itu,
melintasi sisi jalan menuju rumah
mereka.
Berbalik arah, pengusaha tadi
berjalan sangat perlahan
menuju Jaguar miliknya.
Ditelusurinya pintu Jaguar
barunya yang telah tergores itu
oleh lemparan batu tersebut,
sambil merenungkan kejadian
yang baru saja di lewatinya.
Kerusakan yang dialaminya bisa
jadi bukanlah hal sepele, tapi
pengalaman tadi
menghentakkan perasaannya.
Akhirnya ia memilih untuk tak
menghapus goresan itu. Ia
memilih untuk membiarkan
goresan itu, agar tetap
mengingatkannya pada hikmah
ini. Ia menginginkan agar pesan
itu tetap nyata terlihat:
"Janganlah melaju dalam
hidupmu terlalu cepat, karena,
seseorang akan melemparkan
batu untuk menarik
perhatianmu."
Teman, sama halnya dengan
kendaraan, hidup kita akan
selalu berputar, dan dipacu
untuk tetap berjalan. Di setiap
sisinya, hidup itu juga akan
melintasi berbagai macam hal
dan kenyataan. Namun, adakah
kita memacu hidup kita dengan
cepat, sehingga tak pernah ada
masa buat kita untuk
menyelaraskannya untuk
melihat sekitar?
Tuhan, akan selalu berbisik
dalam jiwa, dan berkata lewat
kalbu kita. Kadang, kita
memang tak punya waktu
untuk mendengar, menyimak,
dan menyadari setiap ujaran-
Nya. Kita kadang memang
terlalu sibuk dengan bermacam
urusan, memacu hidup dengan
penuh nafsu, hingga terlupa
pada banyak hal yang melintas.
Teman, kadang memang, ada
yang akan "melemparkan batu"
pada kita agar kita mau dan
bisa berhenti sejenak.
Semuanya terserah pada kita.
Mendengar bisikan-bisikan dan
kata-kata-Nya, atau menunggu
ada yang melemparkan batu-
batu itu buat kita.
Kisah memberikan pelajaran berarti
bagi kita seperti kepekaan terhadap
lingkungan sekitar, dan pelajaran
berfikir posotif terhadap semua
permasalahan yang kita alami,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar