Kamis, 03 Januari 2013

 BACAAN ZIKIR SETELAH SHOLAT


Seseorang dituntut agar melaksanakan salat seperti salatnya Nabi sesuai dengan sabdanya,

"Sholluu Kamaa Roatumuuni Usholli"


(salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sedang salat). Karena beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan zikir jika telah selesai salat, maka kita juga mengerjakannya, meskipun tidak mampu selengkap beliau.


Zikir-zikir yang di baca Nabi saw setiap selesai salat banyak sekali, baik yang diriwayatkan dengan sanad yang dhaif/lemah ataupun yang diriwayatkan dengan sanad yang shahih (kuat). Adapun zikir-zikir yang diriwayatkan dengan sanad yang shahih itu di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Membaca 'Istighfar'


(Astaghfirullah)/Aku mohon ampunan kepada Allah 3 kali dan membaca,

'Allahumma antas salaam waminkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroomi'


(Ya Allah Engkaulah Dzat Yang Selamat dari kekurangan dan cacat dan dari Engkaulah keselamatan itu, Maha Suci Engkau wahai Dzat Yang Maha Kaya dan Maha Sempurna).



Hal itu sesuai dengan hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Tsauban ra, dia berkata, "
Rasulullah saw apabila selesai salat membaca Istighfar 3 kali dan membaca,

'Allahumma antas salaam waminkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikroomi'."


(Ya Allah, Engkaulah Dzat Yang Selamat dari kekurangan dan cacat dan dari Engkaulah keselamatan itu, Maha Suci Engkau wahai Dzat Yang Maha Kaya dan Maha Sempurna).

2. Membaca zikir ini:

"Laa ilaha illallahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syain qodiir"


(Tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa Allah, Tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) dan membaca,

"Allahumma laa maani'a limaa 'a'thaita walaa mu'thia limaa mana'ta walaa yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu."


Hal itu sesuai dengan hadis dari al-
Mughirah bin Syu'bah ra, bahwasanya Nabi saw membaca zikir setiap selesai salat fardhu,

"Laa ilaha illallahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli sya'in qodiir"


(Tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa Allah, Tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)

"Allahumma laa maani'a limaa 'a'thaita walaa mu'thia limaa mana'ta walaa yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu'


(Ya Allah tiada orang yang menghalangi terhadap apa yang telah Engkau berikan dan tiada orang yang memberi terhadap apa yang telah Engkau halangi dan kekayaan orang yang kaya itu tidak akan bisa menyelamatkan dia dari siksa-Mu)" (HR al-Bukhari dan Muslim).

3. Membaca Tasbih 33 kali, Tahmid 33 kali dan Takbir 33 kali,


lalu pada hitungan keseratus membaca,

"Laa ilaha illallohu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syain qadiir."


Hal itu sesuai dengan hadis dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw bersabda, "
Barangsiapa membaca tasbih

(Subhaanallahi)


33 kali, tahmid

(Alhamdulillahi)


33 kali dan takbir

(Allahu Akbar)


33 kali setiap selesai salat, hitungan tersebut berjumlah 99, dan dia membaca pada hitugan keseratus

'Laa ilaha illallahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli sya'in qodiir'


(Tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa Allah, Tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu),
maka diampunilah segala dosa-dosanya, sekalipun sebanyak buih air laut." (HR Muslim, dan pada riwayat yang lain, takbir tersebut sebanyak 34 kali)

4. Membaca zikir/do'a


seperti yang diriwayatkan Sa'd bin Abi Waqqash untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kekikiran, sifat penakut, umur yang hina/pikun, fitnah dunia dan fitnah kubur.


Dari Sa'ad bin Abi Waqqash ra, bahwa Rasulullah saw memohon perlindungan kepada Allah setiap kali selesai salat dengan bacaan

"Allahumma inni a'udzu bika minal bukhli


(Ya Allah sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kekikiran)

wa a'udzu bika minal jubni


(dan aku memohon perlindungan kepada-
Mu dari sifat penakut)

wa a'udzu bika min an urodda ilaa ardzalil umri


(dan aku memohon perlindungan kepada-
Mu agar tidak dikembalikan kepada umur yang hina/pikun)

wa a'udzu bika min fitnatid dunya


(dan aku memohon perlindungan kepada-
Mu dari fitnah yang ada di dunia ini)

wa a'udzu bika min adzaabil qobri


(dan aku memohon perlindungan kepada-
Mu dari siksa kubur)." (HR al-
Bukhari).

5. Membaca zikir/doa,

"Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika'.


Hal ini sesuai dengan hadis Muadz bin Jabal, bahwa Rasulullah saw berkata kepadanya, "Aku berwasiat kepadamu wahai Muadz,
janganlah Engkau benar-benar meninggalkan setiap kali selesai salat membaca,

'Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika'


(Ya Allah anugerahkanlah pertolongan kepadaku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah yang baik kepada-
Mu)." (HR Ahmad,
Abu Daud dan an-
Nasa'i dengan sanad yang kuat).

6. Membaca ayat Kursi,


yaitu surah Al-
Baqarah ayat 255,

"Allahu laa Ilaaha Illa huwal hayyul qoyyuum, laa ta'khudzuhu sinatuw walaa nauum, lahuu maa fis samaawaati wamaa fil ardhi, mandzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illa bi idznihi, ya'lamu maa baiina


aidiihim wamaa kholfahum, walaa yuhiithuuna bisyain min 'ilmihi illa bimaa syaa'a, wasi'a kursiyyuhus samaawati wal ardho wa laa yauduhu hifdzuhumaa wahuwal 'aliyyul 'adziim"


(Allah, tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus [makhluk-Nya], tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-
apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar).


Hal itu sesuai dengan hadis dari Umamah ra, Rasulullah saw bersabda, "
Barangsiapa membaca ayat Kursi setiap kali selesai salat, maka tidak akan menghalangi dia masuk surga kecuali dia tidak mati (maksudnya, dia pasti masuk surga)." (HR an-
Nasa'i dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban, at-
Thabarani menambahkannya

'qulhuwallahu ahad'


(yakni dan membaca surah Al-Ikhlash) ).


Sumber: Subulus Salaam, Muhammad bin Isma'il ash-Shan'ani
Mengenai Tauhid, 
 
Imam  Ghozali membaginya menjadi empat : 
( 1 ) Tauhid seorang yang menyatakan Tidak ada Tuhan kecuali Allah, sementara kalbunya melalaikan makna ucapakannya, tauhidnya orang munafik.
( 2 )Tauhid yang membenarkan makna ungkapan-ungkapan Syahadat, tauhidnya orang-orang awam.
( 3 ) Tauhidnya orang yang menyaksikan kebenaran ungkapan tersebut secara kasyf dengan cahaya Yang Maha Benar, tauhidnya orang-orang yang  akrab dengan Allah, para muqorrobin.
( 4 ) tauhid seorang yang tidak melihat dalam wujud kecuali hal yang tunggal, tauhidnya orang-orang yang benar, para shiddiqin, para sufi menyebutnya kefanaan dalam tauhid.

Senin, 31 Desember 2012

SODRUN (Dada)
Sodrun (dada) merupakan tempatnya islam, kecenderungan-kecenderungan hawa nafsu, godaan-godaan syetan, simpanan-simpanan ilmu, simpanan-simpanan kesan dan lain sebagainya.

aktifitas-aktifitas hidup yang dilakukan manusia didorong oleh kemauan-kemauan yang ada pada sodrun (dada). kemauan-kemauan tersebut saling mempengaruhi. mana yg pengaruhnya besar, dialah yang menang. dan dia akan menjadi pendorong suatu perbuatan.

> kalau pendorong utama suatu perbuatan itu hawa nafsu, maka perbuatan tersebut namanya perbuatan mengikuti hawa nafsu.

> kalau pendorong suatu perbuatan itu godaan syetan, maka perbuatan tersebut namanya mengikuti syetan.

> kalau pendorong utama suatu perbuatan itu keislaman, maka perbuatan itu namanya perbuatan islami.

pertanyaanya : bagaimana caranya agar perbuatan yang kita lakukan selalu islami?

caranya adalah keislaman yang ada di sodrun (dada) diperkuat sehingga bisa mengalahkan pengaruh-pengaruh yang lainnya seperti pengaruh hawa nafsu dan pengaruh syetan atau pengaruh gabungan keduanya.

dengan cara apa memperkuatnya? yaitu dengan cara :
> sodrunnya disirami dengan siraman-siraman keislaman,
> sodrunnya disirami dengan nur Allah,
> sodrunnya dilimpahi hidayah dari Allah.

Dengan cara apa agar ketiga hal tersebut dapat kita dapatkan?

yaitu dengan cara :
1. banyak melakukan kajian-kajian agama islam
2. banyak memohon nur dan hidayah Allah
3. banyak melakukan ibadah
KISAH ANAK KECIL DAN SI PENGUSAHA

Ada sebuah kisah penting yang sangat
menarik dan penuh hikmah di
dalamnya. Sebagai bahan renungan
bagi diri kita semua.
Tersebutlah seorang pengusaha muda
dan kaya. Ia baru saja membeli mobil
mewah, sebuah Jaguar yang
mengkilap. Kini, Sang Pengusaha,
sedang menikmati perjalanannya
dengan mobil baru itu.
Dengan kecepatan penuh, dipacunya
kendaraan itu mengelilingi jalanan
tetangga sekitar dengan penuh rasa
bangga dan prestise.
Di pinggir jalan, tampak beberapa anak
yang sedang bermain sambil melempar
sesuatu. Namun, karena berjalan
terlalu kencang, tak terlalu
diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-
tiba, dia melihat seseorang anak kecil
yang melintas dari arah mobil-mobil
yang di parkir di jalan. Tapi, bukan
anak-anak yang tampak melintas
sebelumnya.
"Buk....!" Aah..., ternyata, ada sebuah
batu seukuran kepalan tangan yang
menimpa Jaguar itu yang dilemparkan
si anak itu. Sisi pintu mobil itupun
koyak, tergores batu yang dilontarkan
seseorang.
"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-
kuat. Dengan geram, dimundurkannya
mobil itu menuju tempat arah batu itu
di lemparkan. Jaguar yang tergores,
bukanlah perkara sepele. Apalagi,
kecelakaan itu dilakukan oleh orang
lain, begitu pikir sang pengusaha
dalam hati.
Amarahnya memuncak. Dia pun keluar
mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya
anak yang dia tahu telah melempar
batu ke mobilnya, dan di pojokkannya
anak itu pada sebuah mobil yang
diparkir.
"Apa yang telah kau lakukan!? Lihat
perbuatanmu pada mobil
kesayanganku!!" Lihat goresan itu",
teriaknya sambil menunjuk goresan di
sisi pintu. "Kamu tentu paham, mobil
baru jaguarku ini akan butuh banyak
ongkos dibengkel untuk
memperbaikinya." ujarnya lagi dengan
kesal dan geram, tampak ingin
memukul anak itu.
Si anak tampak menggigil ketakutan
dan pucat, dan berusaha meminta
maaf.
"Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar
minta maaf. Sebab, saya tidak tahu
lagi harus melakukan apa." Air
mukanya tampak ngeri, dan tangannya
bermohon ampun.
"Maaf Pak, aku melemparkan batu itu,
karena tak ada seorang pun yang mau
berhenti...."
Dengan air mata yang mulai
berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi
menunjuk ke suatu arah, di dekat
mobil-mobil parkir tadi. "Itu disana
ada kakakku yang lumpuh. Dia
tergelincir, dan terjatuh dari kursi
roda. Saya tak kuat mengangkatnya,
dia terlalu berat, tapi tak seorang pun
yang mau menolongku. Badannya tak
mampu kupapah, dan sekarang dia
sedang kesakitan.."
Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya
pengusaha tadi. Matanya berharap
pada wajah yang mulai tercenung itu.
"Maukah Bapak membantuku
mengangkatnya ke kursi roda?
Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya
tak sanggup mengangkatnya."
Tak mampu berkata-kata lagi,
pengusaha muda itu terdiam.
Amarahnya mulai sedikit reda setelah
dia melihat seorang lelaki yang
tergeletak yang sedang mengerang
kesakitan.
Kerongkongannya tercekat. Ia hanya
mampu menelan ludah. Segera dia
berjalan menuju lelaki tersebut, di
angkatnya si cacat itu menuju kursi
rodanya. Kemudian, diambilnya sapu
tangan mahal miliknya, untuk
mengusap luka di lutut yang memar
dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar
kesayangannya.
Setelah beberapa saat, kedua anak itu
pun berterima kasih, dan mengatakan
bahwa mereka akan baik-baik saja.
"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan
membalas perbuatan Bapak."
Keduanya berjalan beriringan,
meninggalkan pengusaha yang masih
nanar menatap kepergian mereka.
Matanya terus mengikuti langkah sang
anak yang mendorong kursi roda itu,
melintasi sisi jalan menuju rumah
mereka.
Berbalik arah, pengusaha tadi
berjalan sangat perlahan
menuju Jaguar miliknya.
Ditelusurinya pintu Jaguar
barunya yang telah tergores itu
oleh lemparan batu tersebut,
sambil merenungkan kejadian
yang baru saja di lewatinya.
Kerusakan yang dialaminya bisa
jadi bukanlah hal sepele, tapi
pengalaman tadi
menghentakkan perasaannya.
Akhirnya ia memilih untuk tak
menghapus goresan itu. Ia
memilih untuk membiarkan
goresan itu, agar tetap
mengingatkannya pada hikmah
ini. Ia menginginkan agar pesan
itu tetap nyata terlihat:
"Janganlah melaju dalam
hidupmu terlalu cepat, karena,
seseorang akan melemparkan
batu untuk menarik
perhatianmu."
Teman, sama halnya dengan
kendaraan, hidup kita akan
selalu berputar, dan dipacu
untuk tetap berjalan. Di setiap
sisinya, hidup itu juga akan
melintasi berbagai macam hal
dan kenyataan. Namun, adakah
kita memacu hidup kita dengan
cepat, sehingga tak pernah ada
masa buat kita untuk
menyelaraskannya untuk
melihat sekitar?
Tuhan, akan selalu berbisik
dalam jiwa, dan berkata lewat
kalbu kita. Kadang, kita
memang tak punya waktu
untuk mendengar, menyimak,
dan menyadari setiap ujaran-
Nya. Kita kadang memang
terlalu sibuk dengan bermacam
urusan, memacu hidup dengan
penuh nafsu, hingga terlupa
pada banyak hal yang melintas.
Teman, kadang memang, ada
yang akan "melemparkan batu"
pada kita agar kita mau dan
bisa berhenti sejenak.
Semuanya terserah pada kita.
Mendengar bisikan-bisikan dan
kata-kata-Nya, atau menunggu
ada yang melemparkan batu-
batu itu buat kita.
Kisah memberikan pelajaran berarti
bagi kita seperti kepekaan terhadap
lingkungan sekitar, dan pelajaran
berfikir posotif terhadap semua
permasalahan yang kita alami,
Harapan kepedulian dan doa

Ada sebuah kisah penuh hikmah
dari seorang ayah dan ke-3 anaknya
cerita ini bermula pada suatu sore
saat semua orang sedang sibuk
mengjar waktu untuk cepat pulang
kerumah untuk menghilangkan lelah
setelah satu harian berkerja
di sebuah halte busway tampak
3 anak kecil yang sedang menunggu
busway bersama ayah tercinta mereka.
mereka terlihat gembira sekali
seakan-akan tidak ada duka
dan kesedihan saat itu
Anak yang paling kecil
bagaikan seorang putri,
ia cantik dalam dekapan sang
ayah, sedangkan kedua anak
lainya yang putra sedang asyik
bermain-main kesana kemari
sepertinya mereka sangat menikmati
setiap permainan-permainannya.
Busway yang ditunggu-tunggu
pun akhirnya datang, semua orang
berburu-buru masuk menuju pintu
bus itu termasuk sang ayah dan
ketiga anaknya yang masih kecil2 itu
Kemudian keluarga itu dapat
tempat duduk di kursi busway
yang disusun memanjang seperti
kereta api listrik (KRL).
Walaupun sudah ada didalam bus
ke-2 putra sang ayah tidak
habis-habisnya bermain-main
mereka bermain petak umpet
di sela-sela tubuh orang dewasa
yang sebagian besar
mengisi ruang busway itu.
Mereka tertawa-tawa,
berteriak-teriak
seakan-akan berada ditaman
halaman rumahnya, saat itu
Terlihat ada beberapa
penumpang yang wajahnya
menjadi begitu muram
merasa terganggu dengan tingkah
ke dua anak sang ayah itu.
Hingga pada akhirnya
ada seorang penumpang pria
yang ketus menyatakan protesnya
dengan kasar ke sang bapak,
”Pak, tolong anaknya di atur ya,
disinikan penumpang juga ingin
tenang, sudah capek kerja, eh
pulang kok masih aja ada yang
ganggu!!”
Lalu sang bapak sambil
menggendong putrinya pun
menjawabnya dengan senyum,
”Maaf ya mas. Ibu mereka baru
saja meninggal sore ini di rumah
sakit, dan saya belum mengatakan
hal ini kepada mereka, nanti
begitu sampai di rumah saya akan
mengatakannya, biarlah mereka
merasakan kegembiraan yang
menjadi hak mereka, karena saya
merasa mereka akan banyak
kehilangan kegembiraan setelah
tahu bahwa ibu yang biasa
mengasuh mereka dan
menyayangi mereka setiap saat
sudah tidak bersama mereka lagi
selamanya.
Mas tidak
keberatankah kalau mereka
bermain sebentar saja di bus ini?”
Mendengar apa yang dibicarakan
sang bapak tadi, sebagian
penumpang yang mendengarnya
langsung terdiam dan merenung,
termasuk pria yang baru saja
memperotes sang bapak dengan
ketus. Tiba-tiba mereka teringat
akan kasih sayang dan kesalahan-
kesalahan yang pernah mereka
perbuat kepada ibunya.
Diam-diam diantara mereka ada
yang menggambil handphone di
saku celananya, lalu jari jempolnya
membuat baris kalimat,
"ibu
apakabar? besok pagi saya mau
pulang menjenguk ibu, maafkan
segala salah saya, ibu" kemudian
dia mengirimkan sms itu ke
nomor ibunya, dan berharap ia
masih diberi kesempatan untuk
berjumpa dengan ibunya besok.
***
Sahabat..
Jangan dahulukan berfikir
negatif
kepada orang lain, karena
setiap
orang mempunyai kisah yang
berbeda
dalam setiap waktu yang
dijalaninya
terkadang raut wajah yang
gembira
tersimpan kesedihan duka
nestapa
begitu pula dalam setiap
amarah
tersirat harapan, kepedulian
dan doa
dalam hidup, bukan hanya tentang
diri kita sendiri
tapi kita harus sang toleransi dan
memahami
tidak semua orang berjalan pada satu
tujuan
hargailah mereka dan jangan pernah
memaksaakan kehendaknya
Allah Maha tahu siapa yang terbaik
Amal ibadahnya.. :)
Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak

Pada suatu petang seorang tua bersama
anak mudanya yang baru menamatkan
pendidikan tinggi duduk berbincang-
bincang di halaman sambil
memperhatikan suasana di
sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di
ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu
menuding jari ke arah gagak sambil
bertanya,
“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun
sejurus kemudian sekali lagi mengulangi
pertanyaan yang sama. Si anak
menyangka ayahnya kurang mendengar
jawabannya tadi, lalu
menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya
lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit
bingung dengan pertanyaan yang sama
diulang-ulang, lalu menjawab dengan
lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam
seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi
sang ayah mengajukan pertanyaan yang
serupa hingga membuat si anak hilang
kesabaran dan menjawab dengan nada
yang kesal
kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak
mengejutkan si anak, karena si ayah sekali
lagi
membuka mulut hanya untuk bertanya
hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-
benar hilang
sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau
tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya
soal
hal tersebut dan saya sudah juga
memberikan jawabannya. Apa lagi yang
Ayah mau saya
katakan????
Itu burung gagak, burung gagak,
Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang
begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam
rumah meninggalkan si anak yang
kebingungan.
Sesaat kemudian si ayah keluar lagi
dengan sesuatu di tangannya. Dia
mengulurkan benda itu
kepada anaknya yang masih geram dan
bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah
diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah
tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.
Si anak setuju dan membaca paragraf
yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku
yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba
seekor gagak hinggap di pohon
berhampiran. Anakku terus menunjuk ke
arah gagak dan
bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus
bertanya soal yang serupa dan setiap kali
aku
menjawab dengan jawaban yang sama.
Sehingga 25 kali anakku bertanya
demikian, dan demi
rasa cinta dan sayangku, aku terus
menjawab untuk memenuhi perasaan
ingin tahunya.
“Aku berharap hal ini menjadi suatu
pendidikan yang berharga untuk anakku
kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut
si anak mengangkat muka memandang
wajah si
Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan
perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu
soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau
telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis
dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya
memohon ampun atas apa yg telah ia
perbuat.